
PENDIDIK YANG MENGGADAIKAN NYAWA
Oleh: Ummu Ahya
Berbeda dengan istri nabi Nuh as. Nabi Luth As, nama istri Firaun disebut secara gamblang oleh Rasulullah dalam beberapa hadistnya, bahwa wanita shalihah itu bernama ‘Asiyah binti Muzaahiim. Sebuah rekomendasi yang luar biasa dari orang yang luar biasa, Rasulullah saw. Gelar menjadi wanita terbaik penghuni surga tentunya tidak diraih dengan ‘bim sala bim’, melainkan dengan usaha dan kerja nyata, dengan mempersembahkan sesuatu yang paling mahal bagi manusia, yaitu jiwanya guna mempertahankan kalimat termulia, Laa ilaaha illallah.
Hanya sedikit orang yang hidup di saat kekufuran begitu mengkultur dan menstruktur namun bisa selamat tanpa terkontaminasi oleh polusi ideologi. Diantara yang sedikit dan diabadikan dalam Al Qur’an adalah istri Fir’aun. Wanita mulia ini hidup serumah dengan orang yang paling kafir sekaligus penguasa paling zalim di jagat raya ini, yaitu Fir’aun. Namun itu semua tidak membawanya terbawa arus kekufuran. Berlepas dari hubungan ke-rumah tanggaannya dengan Fir’aun, ia memohon kepada Rabb-nya agar dibebaskan dan diselamatkan dari Fir’aun, juga berlepas diri dari perbuatan Fir’aun walaupun ia adalah orang yang terdekat dengannya. Hatinya tidak bisa membiarkan penolakan terhadap risalah Illahiyah, walaupun itu sangat beresiko tinggi.
Para ulama tafsir, diantaranya Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa setelah peristiwa adu ketangkasan antara tukang sihir Fir’aun dengan putera angkatnya, Musa dan dimenangkan oleh nabi Musa, istri Fir’aun bertanya : “Siapa yang menang?”
Disampaikan kepadanya bahwa pemenangnya adalah Musa dan Harun. Asiyah yang telah merawat Musa sejak kecil sangat paham dengan tumbuh kembang puteranya, termasuk sikap, perilaku, dan kejujurannya. Jadi dia berkesimpulan tidak mungkin Musa berbohong ketika Musa menyampaikan,
وَقَالَ Ù…Ùوْسٰى يٰÙÙØ±Ù’عَوْن٠اÙنّÙيْ رَسÙوْلٌ مّÙنْ رَّبّ٠الْعٰلَمÙيْنَۙ ØÙŽÙ‚Ùيْقٌ عَلٰٓى اَنْ لَّآ اَقÙوْلَ عَلَى اللّٰه٠اÙلَّا الْØÙŽÙ‚Ù‘ÙŽÛ— قَدْ Ø¬ÙØ¦Ù’تÙÙƒÙمْ Ø¨ÙØ¨ÙŽÙŠÙ‘Ùنَة٠مّÙنْ رَّبّÙÙƒÙمْ ÙَاَرْسÙلْ مَعÙÙŠÙŽ بَنÙيْٓ Ø§ÙØ³Ù’رَاۤءÙيْلَ Û—
"Dan Musa berkata: "Hai Fir'aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku." (Q.S Al-Araf:104-105).
Seketika itu juga istri Fir’aun mendeklarasikan diri menjadi mukminah. Mengetahui hal itu, Fir’aun menginstruksikan kepada anak buahnya untuk mencari batu yang besar guna menteror istrinya, namun Asiyah tetap pada pendirianya. Keinginannya terabadikan dalam ayat,
وَضَرَبَ اللّٰه٠مَثَلًا Ù„ÙّلَّذÙيْنَ اٰمَنÙوا امْرَاَتَ ÙÙØ±Ù’عَوْنَۘ Ø§ÙØ°Ù’ قَالَتْ رَبّ٠ابْن٠لÙيْ عÙنْدَكَ بَيْتًا ÙÙÙ‰ الْجَنَّة٠وَنَجّÙÙ†Ùيْ Ù…Ùنْ ÙÙØ±Ù’عَوْنَ وَعَمَلÙهٖ وَنَجّÙÙ†Ùيْ Ù…ÙÙ†ÙŽ الْقَوْم٠الظّٰلÙÙ…Ùيْنَۙ
"Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir‘aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim,” (At tahrim:11)
Maka, tatkala algojo Fir’aun mendatangi Asiyah, ia terlihat menegadah ke langit lalu Allah memperlihatkan rumahnya di surga. Hal ini membuat ia tersenyum dan semakin mantap keimanannya.
Kisah diatas mengambarkan betapa berat ujian orang yang beriman. Sebab, jalan iman bukanlah jalan yang bertaburan dengan bunga-bunga. Bahkan ujian bagi orang yang beriman merupakan sunatullah dan konsekwensi dari iman itu sendiri. Sungguh istri Fir’aun adalah menjadi contoh agung yang totalitas imannya tidak perlu dipertanyakan. Tanpa semua itu, kisahnya tidak akan pernah tertulis dalam surat At Tahrim dan dibaca sampai akhir zaman. Dan keteguhan imannya di tengah terror, siksaan, bahkan pembunuhan sampai mati justru dibalas Allah dengan kemuliaan dan kenikmatan abadi berupa surga.
Wallahu a'lam bish shawab
