Berita


NEVER PASS, GENERASI Q

Oleh : Ummu Ahya
Anak-anakku, enam tahun itu tidak akan pernah berlalu…
Tahun pertama kalian duduk berjejer, muka itu masih imut-imut, rata-rata tingginya kurang dari 120 cm. Banyak kelucuan yang kalian tampilkan mulai dari gaya-gayanya yang unik, muncul gang kecil-kecilan, bahkan ada di antara kalian tertangkap basah menulis beberapa kata di kertas kecil. Jujur agak kaget kala itu, sekecil ini sudah ternyata sudah tau mana yang cantik mana ganteng. Tapi tenang saja, tak pernah satu kata pun keluar untuk menjustiifikasi bahwa yang kalian lakukan salah.
Mungkin saja ini tafsir berlebihan bahwa kalian bisa menerima sosok yang sebenarnya masih faqir ilmu, faqir pengalaman, faqir kreatifitas, dan kefaqiran-kefaqiran lainnya. Tapi akhirnya cukuplah sedikit menghibur saat ada satu, dua, tiga anak yang sering bermanja-manja, minta dipeluk, minta disuapin. Yah, kedekatan itu makin ‘dekat’ saat menikmati beberapa bungkus nasi warteg untuk sekelas.
Sedih sejenak karena di tahun berikutnya harus melepas kalian semua…
Dan di tahun ke-3 alhamdulillah bertemu lagi, masih dengan suasana yang sama, hangat dan penuh kedekatan. Keunikan kalian makin berbeda, tinggi badan mulai bertambah, keberanian untuk ini dan itu mulai muncul, bahkan adu kekuatan antar bujang kecil sesekali muncul, tapi satu yang masih belum berubah kemanjaan itu masih belum hilang, hingga akhirnya…
We meet again at grade V. Di kelas ini benar-benar menjadi kelas spesial.
Kalau dalam sebuah novel, mungkin di kelas inilah klimak cerita kita. Kalian sudah kelas V, sebagian sudah mulai baligh, sudah mengenal banyak hal mulai dari game, berani melirik-lirik ke deretan bangku sebelah, mengenal bahasa-bahasa yang rasanya asing, tapi kenyataannya sudah sangat trend. Yah, disinilah pelajaran demi pelajara berharga itu ditemukan.
Hingga suatu hari, masih di awal-awal tahun ajaran, kata-kata yang aneh itu terdengar, beberapa kalian sedang asyik bercerita tentang drakor. Spontan keluar pertanyaan, “Drakor itu apanya drakula?”
Langsung salah satu dari kalian tertawa terbahak, "Kok drakula, Bu?" aduh, benar-benar kudet dan tidak peka, ternyata drakor tidak ada sangkut pautnya dengan drakula, tapi akronim dari Drama Korea.
Tidak hanya berhenti disitu, cerita-cerita lain muncul. Beberapa hari berikutnya, dengan refleks jari jempol dan telunjuk berhimpit sebagai apresiasi buat beberapa anak yang mampu memberikan respon saat belajar, simbol verbal yang beberapa puluh tahun silam pernah sering diberikan oleh sang guru, simbol yang maknanya OKE atau GOOD JOB.
Tapi apa yang terjadi?
Beberapa kalian berbisik-bisik, dan ada yang nyeletuk, “Heee…ibu tau Korea ya, itu bisa saranghaeyo.”
Speechless, jujur belum pernah intip-intip apa itu Korea, alias sedikit anti sebelumnya, hingga berefek tidak bisa mengikuti gaya komunikasi anak-anak generasi Z tersebut, tapi untuk kalian lebih tepat disebut dengan generasi Q (generasi ahlul Qur'an).
Usut punya usut ternyata simbol tangan itu mengalami perubahan makna dalam versi oppa-oppa dan eonnie-eonnie, I LOVE YOU. Oke, akhirnya sementara menyerah dan mengikuti alur berpikir kalian. Bahkan akhirnya harus rela menyisihkan waktu untuk menonton 16 episode drakor dan mengintip apa yang menarik dari kehidupan para idol itu.
Untuk apa?
Tujuannya satu, agar tetap bisa mengikuti cerita kalian, bisa menjadi teman yang baik, dan bisa menunjukan sisi lebih kurangnya kehidupan oppa dan eonnie. Karena tidak mungkin mengatakan tidak baik jika belum pernah melihat apa yang ada di sana.
Butuh banyak hal untuk bisa menyelami dunia kalian, 33 anak ternyata sangat beragam seleranya. Ada yang tiap hari menuliskan nama-nama boyband dan girl bands plus nama member dan fandomnya di buku tulis mereka, ada obrolan seputar gaming, ada yang sudah mulai berani main mata bahkan memeluk toren air sambil berhallyu, ada juga yang masih lugu, dan ada juga yang waktunya banyak dihabiskan untuk membaca buku-buku. Pokoknya kalian nano-nano rasanya. Tapi justru disitulah kenikmatan nano-nano itu.
Disitulah seorang guru yang tidak terlalu pandai menyelami kalian ini bisa belajar, betapa berharganya kedekatan di lantai 3 yang sering ditemani nasi bungkus dari warung nasi salah satu murid, betapa bahagianya saat mulut-mulut mungil kalian mau bercerita tentang hal-hal yang sangat privasi, betapa akan selalu rindunya tangan ini menyuapi mulut-mulut manyun karena malu, katanya nggak mau, tapi akhirnya satu, dua, tiga bungkus pun habis tak tersisa.
Anakku, semua yang terjadi 9 bulan itu benar-benar istimewa, bisa melihat dan mengamati perkembangan kalian menuju masa yang lebih bertanggung jawab, bisa mengintip rasa ingin tahu kalian yang besar benar-benar sesuatu yang istimewa. Di fase inilah kalian perlu diajak ngobrol seperti teman. Saat ada kekeliruan bukan langsung dicap benar atau salah, tapi bagaimana meluruskan yang benar dan yang salah. Begitupun saat ingin melarang kalian, tentu tidak bisa langsung dilarang sebelum ada alas an dan solusi yang tepat.
Dan seperti inilah yang diwariskan pendidik mulia, Luqman al Hakim bagaimana memberikan perintah dan larangan. Keteladanannya sebagai pendidik diabadikan dalam rentang ayat 12-19 surah Luqman. Sangat Panjang, tapi dengan bekal kalian pasti kalian akan bisa mengingat dan menghafal ayat-tersebut. Dan inilah satu dari sekian ayat tersebut,
وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Jadi, disinilah kebahagiaan orang tua dan guru, bukan pada saat kalian memegang piala, lulus dengan angka delapan, sembilan, atau sepuluh, atau diterima di sekolah/pesantren unggulan, tapi kebahagiaan terbesar saat iman tetap menancap di dada kalian, saat akhlak tetap terjaga, saat amal-amal ibadah yang kalian sudah lakukan akan terus meningkat kualitas dan kuantitasnya. Dari sinilah kalian akan bisa menarik tangan orang tua, keluarga, guru dan sahabat kalian ke tempat yang dicita-citakan, surga. Jadi hadiah itulah yang kami semua menantikannya.
Anakku, Insya Allah ini bukan yang terakhir dari cerita kita. Terima kasih atas kepolosan, kecerdasan,, keingintahuan yang besar, dan keshalihan kalian, kalian yang sering membukakan mata bahwa kalian lebih banyak tau dan hanya perlu sedikit diberitahu. Izinkan segala hal tentang kalian tetap tersimpan rapi dalam ingatan yang tersisa, semoga itulah yang bisa menghubungkan kita sampai di yaumul akhir. Jadi tidak ada kata “BERLALU” karena hubungan seorang mukmin akan terus terhubung sampai kapanpun.
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ أَلَتْنَٰهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَىْءٍ ۚ كُلُّ ٱمْرِئٍۭ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS At-Thur: 21)
Wallahu a’lam bish shawab



Kalender


Mei 2025

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31

Kalender Akademik