Inilah pesan Khidir kepada Musa dalam Tafsir Ibnu Katsir bagaimana seorang guru mendudukkan dan menjelaskan ilmu pada muridnya. Keteladanan yang terukir sepanjang waktu bagi para guru-guru hari ini.

Guru....

Bukan dibatasi pada setumpuk buku/kitab yang mengisi tasnya, laptop yang selalu menemaninya dalam menyiapkan pembelajaran yang kreatif, atau meja dan kursi kebesaran di bagian depan kelas....tapi setiap orang adalah guru untuk anak-anaknya, keluarganya, anak ideologisnya, masyarakatnya, juga untuk DIRINYA SENDIRI.

Tugas-tugasnya sangat mulia karena ia seorang mu’addib, orang yang mendidik adab dan moral; mudarrib, pelatih kecerdasan kinestetik agar generasi didikannya tangguh menghadapi kehidupan; juga sebagai mursyid, orang yang memberikan petunjuk dan arahan. Mendidik bukanlah menghardik tapi menuntun dengan santun, mengarahkan dengan keteladanan, dan selalu mendidik dengan iringan doa karena doa mendidikkan kita juga pada Allah dan Rasulullah.

Dan guru sepanjang waktu adalah guru yang mendewasakan jiwa dengan pelatihan dan pemberdayaan, mendidik dengan pemahaman dan perspektif yang lengkap, mengantarkan hati yang susah menjadi senang, menyiapkan mental dan moral sehingga tenang dalam menghadapi persoalan, dan membangun jiwa pemenang hingga jalan ke depan terus membentang.

Mengutip dari coretan pena Ust Sholikhin Abu Izzudin, guru adalah lampu zaman. kehadirannya dinantikan, nasihatnya didengarkan, kepergiannya ditangisi, gagasannya dilanjutkan, diamnya menginspirasi, kata-katanya memotivasi, dan keteladanannya menggerakkan aksi.

Beruntunglah yang telah mewakafkan dirinya sebagai guru sepanjang waktu, karena kekuatan guru sejati akan selalu menginspirasi tanpa harus menggurui. Wallahu a'lam bish shawab