Artikel


MERANCANG PEMBELAJARAN PASCA DARING

Oleh : Ummu Ahya
Bismillahirrahmanirrahiim
Masih tentang COVID-19 dan problematika pendidikan. Pandemi ini seolah mengubah segalanya, mengubah kebiasaan pola hidup dari yang biasa menjadi luar biasa, baik dari pola komunikasi, pola makan, pola belajar, hingga pola bersikap dan bertutur kata. Dunia seolah di-restart ulang menuju tatanan baru, sehingga muncul pula istilah AKB, Adaptasi Kebiasaan Baru baik dari sejak beralihnya tatap muka menjadi online, maupun nanti setelah dipandang pandemic aman, dan sekolah secara menyeluruh diizinkan untuk melakukan tatap muka.
Aspek pertama yang harus disiapkan saat pembelaran offline tentunya masalah standarisasi PROKES. Semua pihak berharap, kalaupun tahun ajaran baru nanti memutuskan offline, sekolah harus mengupayakan tingkat safety yang tinggi bagi guru dan siswa. Sekolah harus melakukan monitoring dan evaluasi atas keterlaksanaan pembelajaran tatap muka yang bisa jadi untuk sementara waktu masih dipadukan dengan pembelajaran daring. Sehingga pihak sekolah memiliki rekam pembelajaran tatap muka yang terukur, aman dan bermakna. Dan salah satu tindakan yang bisa dilaksanakan adalah melakukan simulasi serta men-tracking seluruh unsur sekolah. Ini penting untuk mempersiapkan mental belajar tatap muka di sekolah. Sementara tracking menjadi bahan pemetaan warga sekolah yang memiliki comorbid atau penyakit bawaan, akses transportasi yang kurang aman, sampai pada pemetaan memiliki riwayat perjalanan dari daerah dengan tingkat resiko Covid-19 yang tinggi. Hal-hal tersebut setidaknya sebagai ikhtiar untuk tidak menjadikan sekolah sebagai cluster baru penyebaran COVID.
Selain aspek teknis tersebut, hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah merancang pembelajaran bagi siswa alumni pandemi. Disadari sepenuhnya, perubahan paling terlihat dari adanya pembelajaran daring adalah mental dan karakter siswa serta pola pikir dan pola belajar. Sepanjang pandemic titik berat pendidikan lebih banyak pada aspek kognitif, sementara dalam pendidikan ada aspek-aspek lain yang tidak kalah penting, yaitu afektif dan psikomotoriknya. Kalau ada sentuhan untuk dua ranah ini, prosentasenya relatif kecil dibanding tuntutan kognitif. Oleh karenanya merancang pembelajaran adalah aspek yang tidak kalah penting dalam skenario pembelajaran pasca daring nanti.
Perencanaan menurut Arthur W. Steller dalam Curriculum Planning adalah hubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber. Perencanaan menekankan pada usaha mengisi kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan yang disesuaikan dengan apa yang dicita-citakan. Termasuk diantaranya kondisi hari ini, bagaimana mengisi kesenjangan antara kondisi pandemi dengan ketercapaian pembelajaran yang diinginkan.
Mengapa perencanaan ini penting?
Tidak lain sebagai upaya perbaikan dengan beberapa asumsi bahwa dengan perencanaan pembelajaran akan terwujud desain pembelajaran yang tepat; ketepatan dalam memilih pendekatan, strategi, metode hingga teknik pembelajaran; bagaimana membangun komunikasi dengan para siswa yang kembali memasuki situasi AKB, dan muaranya adalah siswa akan belajar dengan nyaman dan mendapatkan pembelajaran yang bermakna sehingga trauma-trauma atau pergeseran mental, nilai-nilai dan karakter selama pandemic bisa dikembalikan seperti semula, atau menjadikan kondisi tersebut sebagai media untuk untuk mengintegrasi antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran berbasis teknologi yang terukur.
Seperti apa rancang bangun pembelajaran yang bisa disiapkan?



Kalender


Mei 2025

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31

Kalender Akademik